Buddha Berkhotbah Sigalovada Sutta Ketika Berada Di

SIGALOVADA SUTTA (31)

Sumber : Tipitaka : Sutta Pitaka : Digha Nikaya
Terjemahan oleh : Penerjemah Kitab Ikhlas Agama Buddha
Penerbit terjemahan : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991

Demikian yang sudah kami tangkap suara :

  1. Plong satu momen Sang Bhagava semenjana beralamat di Rajagaha, di Vihara Hutan Buluh di Kalandakanivapa (Medan Perlindungan Tupai). Pada waktu itu, Sigala Putra kepala anak bini, bangun pagi-pagi sekali dan menjauhi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan busana basah dan sambil beranjali, anda menyembah ke bineka arah, ialah jihat timur, kidul, barat, lor, radiks dan atas.
  2. Dan Sang Bhagava lega pagi tahun itu, setelah mengalungkan jubah serta membawa mangkuk-Nya, pergi ke Rajagaha buat mengumpulkan dana makanan (pindapata).
    Kemudian Sang Bhagava meluluk Sigala putra pemimpin keluarga, bangun pagi-pagi sekali dan menghindari menyingkir Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sekaligus beranjali, sira menyembah ke berbagai arah, yaitu jihat timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas. Dan Sang Bhagava bertanya kepada Sigala putra kepala keluarga itu demikian :
    "O putra bos keluarga, cak kenapa engkau pulang ingatan pagi-pagi sekali dan pergi memencilkan Rajagaha; dengan surai dan pakaian basah dan sekalian beranjali, sira menyembah ke berjenis-jenis arah, yaitu jihat timur, kidul, barat, utara, bawah dan atas?"
    "Bhante, detik ayahku mendekati berlalu, beliau berkata kepadaku bakal menyembah ke berbagai sebelah. Demikianlah, Bhante, karena menghormati, mengindahkan, menjunjung dan menganggap zakiah kata-alas kata ayahku itu, maka aku bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha. Dengan rambut dan pakaian basah dan sederum beranjali, aku menyembah ke berbagai jihat, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas."
    "Tetapi, O putra kepala batih, dalam agama seorang Ariya enam arah itu tidak seharusnya disembah dengan pendirian demikian."
    "Bhante, bagaimana enam jihat itu moga disembah dalam agama koteng Ariya? Bhante, bukan main baiknya apabila Sang Bhagava berkenan mengajarkan ilham yang menguraikan caranya enam arah itu harus disembah kerumahtanggaan agama seorang Ariya."
  3. "O putra kepala keluarga, dengarkan dan perhatikan baik-baik kata-prolog-Ku, dan Aku akan berbicara."
    "Baiklah, Bhante," jawab Sigala putra pejabat keluarga itu kepada Sang Bhagava. Dan kemudian Sang Bhagava berucap:
    "Ozon putra majikan keluarga, karena pelajar Ariya telah mengeluarkan empat kekotoran tingkah laku (kammakilesa), karena ia tidak berbuat perbuatan-perbuatan bengis (papakamma) yang didasari oleh catur dorongan, karena ia tidak mengejar heksa- saluran nan memboroskan khasanah maka dengan pergi (na sevati) empat belas kejadian buruk ini, anda adalah seorang patron enam arah itu, seorang penakluk (vijaya), merupakan engkau akan sejahtera n domestik alam ini dan liwa berikutnya. Pron bila kehancuran tubuhnya, setelah mati, dia akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam kayangan.
    Apakah catur kekotoran tingkah laku yang telah engkau singkirkan itu? Udara murni putra pejabat batih, itulah kekotoran tingkah laku membunuh mahluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, berzinah dan berbohong. Inilah empat kekotoran tingkah laku yang telah beliau singkirkan. Demikian sabda Si Bhagava.
  4. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Master (sattha) berkata seterusnya : " Membunuh mahluk usia, maling, berbohong, berzinah, Untuk polah-perbuatan ini, para bijaksana tidak memuji."
  5. "Apakah empat dorongan yang melandasi perbuatan perbuatan buas yang enggak ia lakukan itu? Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa suka sepihak (chanda gati), perbuatan-polah keji yang dilakukan atas dorongan kesumat (dosa gati), perbuatan-ragam keji yang dilakukan atas galakan ketidaktahuan (moha gati) dan ulah-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa bersimbah (bhaya gati). Tetapi, Ozon putra kepala keluarga, karena siswa Ariya tidak terpikat maka itu dorongan rasa suka sepihak, tidak terseret oleh galakan kecemburuan, bukan tergiring oleh dorongan ketidaktahuan dan lain terseret maka dari itu galakan rasa mengalir perlahan-lahan, maka ia tak melakukan polah-perbuatan jahat karena catur dorongan ini. Demikian sabda Sang Bhagava.
  6. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Suhu (sattha) bertutur selanjutnya :
    "Kali pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian,
    Atau ketidaktahuan atau ketakutan telah menyundak Dhamma,
    Maka nama baik dan kemasyhurannya akan menjadi pudar
    Seumpama wulan yang susut pada masa bulan-gelap.
    "Siapa pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian
    Ataupun ketidaktahuan atau ketakutan lain pernah merebeh Dhamma,
    Maka label baik dan kemasyhurannya menjadi sempurna dan penuh
    Laksana bulan purnama sreg periode bulan-terang."
  7. "Dan apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan itu? O putra kepala keluarga, demen mereguk-minuman yang memabukkan, sering gentayangan di jalan kronologi pron bila yang enggak pantas, mengejar kancah-tempat hiburan, doyan berjudi, bergaul dengan teman-dagi jahat dan kebiasaan menganggur (berat pinggul) yaitu enam parit yang memboroskan gana."
  8. "O putra superior anak bini, terdapat enam bahaya (adinava) akibat gemar mereguk minuman nan memabukkan (surameraya majjapamadatthananuyoga), yaitu : kerugian harta secara nyata, bertambahnya friksi, tubuh mudah terserang penyakit, kekeringan sifat yang baik, terlihat enggak bermartabat, kecerdasan menjadi lemah. Inilah, O putra kepala anak bini, enam bahaya akibat gemar menenggak minuman yang memabukkan."
  9. "O putra bos keluarga, terdapat enam bahaya akibat caruk berkeliaran di jalan perkembangan pada detik yang tidak pantas (vikala visikhacariyanuyoga), merupakan : dirinya seorang bukan terjaga (agutta) dan tidak terlindung (arakkhita), anak istrinya tidak terjaga dan tidak terlindung, harta kekayaannya bukan terjaga dan terlindung, juga sira dapat dituduh sebagai pelaku ki kebusukan-kejahatan (yang belum terbukti), menjadi sasaran desas-desus palsu, engkau akan menjumpai banyak kesulitan. Inilah, O putra pengarah keluarga, enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan-urut-urutan pada saat nan lain pantas."
  10. "Udara murni putra penasihat keluarga, terdapat heksa- bahaya akibat berburu palagan-palagan hiburan (samajjabhicarane) : (Dia gelojoh berpikir) di manakah ada tari-tarian? Di manakah ada nyanyi-nyanyian? Di manakah terserah pertunjukan nada? Di manakah suka-suka pembacaan deklamasi? Di manakah suka-suka permainan tambur? Di manakah ada permainan tabuh? Inilah, Ozon putra kepala keluarga, enam bahaya akibat berburu panggung-kancah hiburan."
  11. "O putra ketua keluarga, terdapat enam bahaya akibat gemar berjudi : bila menang, beliau memperoleh kebencian; bila kalah, sira menyesali harta kekayaannya yang telah hilang; kegeruhan harta benda secara nyata; di meja hijau kata-katanya tidak berharga; ia dipandang rendah oleh sahabat-sahabat dan kepala-superior pemerintah; ia tidak disukai oleh khalayak-hamba allah nan akan mencari alias mengambil menantu, karena mereka akan mengomong bahwa seorang tukang judi lain boleh membudidayakan koteng istri. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat gemar berjudi."
  12. "Udara murni putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat berbual mesra dengan inversi-teman jahat (papamitta) : setiap penjudi, setiap orang yang gemar berfoya-foya, setiap pemabuk, setiap penipu, setiap pengecoh, setiap anak adam yang sadis adalah teman dan sahabatnya. Inilah, Udara murni putra bos keluarga, heksa- bahaya akibat beramah-tamah dengan teman-teman jahat."
  13. "O putra pejabat keluarga, terletak enam bahaya akibat sifat menganggur (berat tulang) : ia berucap : "plus adem", dan sira tidak bekerja; ia berkata: "terlalu merangsang", dan ia tidak bekerja; kamu berkata: "terlalu pagi", dan ia tidak bekerja; sira berucap: "terlalu siang", dan ia lain berkreasi; engkau berkata: "aku terlalu lapar", dan kamu bukan berkarya; ia mengomong: "aku terlalu kenyang", dan ia tak bekerja.
    Dengan demikian semua yang harus ia kerjakan tetap bukan tergarap, harta kekayaan mentah tidak engkau peroleh, dan harta kekayaan yang sudah ia miliki menjadi habis. Demikian hadis Sang Bhagava.
  14. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Si Guru (sattha) bersuara kian lanjut:
    Beberapa kebalikan hanyalah kawan minum;
    Beberapa teman yaitu mereka yang di hadapanmu akan berkata :
    Sahabat baik! Sahabat baik!
    Tetapi seseorang yang menyatakan kawan pron bila kamu membutuhkan,
    Maka kamu sesungguhnya yang layak disebut serikat olehmu.
    Tidur berbarengan matahari sudah terbit, perzinahan,
    Terlibat dalam percekcokan dan berbuat merugikan,
    Bersekutu dengan orang-orang jahat dan berhati kejam :
    Inilah heksa- sebab yang menjadikan kemerosotan seseorang.
    Ia yang berteman dan bersahabat dengan basyar-orang jahat
    Anda yang intern hidupnya berbuat hal-peristiwa buruk, maka
    Baik di liwa ini maupun di standard berikutnya
    Basyar itu akan mengalami keruntuhan nan menyedihkan.
    Berjudi dan wanita, minuman gentur, tari-tarian dan nyanyian
    Tidur pada siang masa dan gentayangan pada malam perian.
    Berkawan dengan orang-insan jahat, berhati kejam :
    Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
    Bermain dadu, minum-minuman keras, ia pergi kepada
    Wanita-wanita yang amat dicintai laki-laki lain,
    Mengikuti yang berpikiran cacat, bukan yang berpikiran indah,
    Maka kamu akan menjadi suram bagai bulan yang menyusut pada waktu rembulan-gelap.
    Pecandu minuman keras, miskin, melarat,
    Seorang yang haus serampak mereguk, pengejar kedai minuman,
    Demikian ia tenggelam internal hutang-hutang, bagai batu intern air;
    Cepat sekali ia mengirimkan nista pada keluarganya.
    Ia nan mempunyai sifat tidur pada waktu siang,
    Yang menganggap malam umpama waktu untuk arik,
    Engkau yang selalu tidak berkewajiban, dipenuhi dengan anggur,
    Ia yang tak elok untuk membina rumah tangga.
    Plus cahang! Sesak merangsang! Terlalu siang! demikian keluhannya,
    Dengan cara begitu orang malas menyingkir pekerjaan yang menanti,
    Sehingga kesempatan baik akan berputih.
    Tetapi kamu yang menganggap dingin dan erotis sebagai hal nan remeh
    Dengan cara segala apa pun ia bukan akan kekeringan kebahagiaannya.
  15. "Udara murni putra kepala batih, terdapat empat spesies orang yang harus dianggap sebagai imbangan yang berpura-pura menjadi sahabat (amittamittapatirupaka) : Yaitu anak adam yang tamak (annadatthuharo); cucu adam yang belu-belai tetapi enggak berbuat suatu segala apa (vaci paramo); penjilat (annuppiyabhani); kawan pemboros (apayasahayo).
  16. Atas empat dasar, Ozon putra pejabat keluarga, orang nan tamak harus dianggap sebagai musuh nan berpura-jala-jala menjadi sahabat : ia tamak; kamu memberi sedikit dan meminta banyak; beliau melakukan kewajibannya karena takut; engkau namun bangun akan kepentingannya koteng. Udara murni putra kepala keluarga, atas catur dasar inilah orang nan tamak harus dianggap sebagai oponen yang berpura-pura menjadi sahabat.
  17. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, orang nan banyak wicara tetapi tidak berbuat suatu apa harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat: dia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-kejadian yang tinggal; ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal mendatang; ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan kata-kata zero; bila ada kesempatan untuk membantu ia menyatakan enggak sanggup. O putra kepala anak bini; atas empat dasar inilah basyar yang celomes tetapi tidak mengerjakan suatu apa harus dianggap umpama musuh yang berpura-pura menjadi sahabat.
  18. Atas empat sumber akar, O putra kepala tanggungan, seorang penjilat harus dianggap seumpama padanan yang berpura-pura menjadi sahabat: ia menyetujui hal-keadaan yang salah; sekali lagi ia tidak menampilkan hal-keadaan yang benar; sira akan memuji dirimu di hadapanmu; ia berbicara jelek tentang dirimu di hadapan khalayak-orang lain. O putra kepala anak bini, atas empat dasar inilah seorang penjilat harus dianggap bak pasangan yang berpura-rajut menjadi sahabat.
  19. Atas empat sumber akar, O putra atasan keluarga, sendiri kawan peroyal harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pundi-pundi menjadi sahabat: kamu menjadi kawanmu apabila kamu gemar akan minum-minuman gigih; ia menjadi kawanmu apabila engkau cangap herkeliaran di kronologi- perkembangan pada waktu yang tidak pantas; ia menjadi kawanmu apabila kamu mengejar ajang-tempat hiburan dan pertunjukan; anda menjadi kawanmu apabila ia gemar berjudi. O putra pemimpin keluarga, atas empat dasar inilah seorang kawan pemboros harus dianggap ibarat musuh yang berpura-pura menjadi sahabat. Demikian titah Sang Bhagava.
  20. Dan selepas Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata bertambah lanjut :
    Sahabat yang camar mencari apa-segala apa bikin diambil,
    Sahabat yang pengenalan-katanya farik dengan perbuatannya
    Sahabat yang jilat, lagi pun hanya berusaha membuat engkau doyan
    Sahabat yang berhiaskan dengan mandu-mandu jahat
    Empat ini adalah pasangan-antiwirawan
    Sehabis menyadarinya demikian
    Biarlah orang bijaksana memencilkan mereka berpokok jauh,
    Seakan mereka jalan nan berbahaya dan menakutkan.
  21. "O putra kepala keluarga, terdapat empat macam sahabat yang harus dipandang berhati ikhlas (suhada) : yaitu sahabat penolong (upakaro mitto); sahabat pada waktu senang dan musykil (samanasukha dukkhomitto); sahabat yang memberi nasehat baik (atthakhaya mitto); sahabat nan menyesalkan (anukampako-mitto).
  22. Atas catur dasar, O putra komandan keluarga, sahabat penolong harus dipandang berhati tulus: engkau menjaga dirimu sewaktu engkau lengah; ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah; dia menjadi penaung dirimu sewaktu engkau kerumahtanggaan keadaan ketakutan; kamu menerimakan bantuan dua kali daripada apa nan kau perlukan. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah sahabat penyelamat harus dipandang berhati tulus.
  23. Atas catur dasar, O putra kepala keluarga, sahabat puas waktu senang dan susah harus dipandang berhati tulus: ia menceritakan buku-rahasia dirinya kepadamu; ia menjaga kiat-rahasia dirimu; dia tidak akan meninggalkan dirimu sederum engkau berpunya privat kesulitan; ia tambahan pula bersedia mengorbankan hidupnya demi kepentinganmu. O putra majikan keluarga, atas catur dasar inilah sahabat pada waktu senang dan runyam harus dipandang berhati tulus.
  24. Atas empat radiks, Ozon putra kepala tanggungan, sahabat yang menasehatkan segala apa yang terbiasa dia buat harus dipandang berhati tulus: Engkau mencegah engkau mengerjakan ki busuk; ia menganjurkan engkau untuk berbuat yang ter-hormat; sira memberitahukan barang apa yang belum engkau perpautan dengar; beliau menunjukkan engkau jalan ke taman firdaus. O putra kepala tanggungan, atas empat radiks inilah sahabat yang menasehatkan apa yang perlu ia cak bagi harus dipandang berhati tulus.
  25. Atas empat pangkal, O putra pemimpin anak bini, sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati ceria : ia tidak bergendang atas kesengsaraanmu; ia merasa senang atas kesejahteraanmu, ia mencegah orang lain merenjeng lidah jelek tentang dirimu, kamu membenarkan insan lain yang memuji dirimu. O putra pembesar tanggungan, atas catur dasar inilah sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus. Demikian sabda Sang Bhagava.
  26. Dan setelah Sang Sugata bersabda demikian, Sang Guru (sattha) berkata seterusnya :
    Sahabat yang menjadi penolong, dan sahabat
    Pada waktu-tahun terang dan ilegal; ia yang menunjukkan
    Segala yang engkau perlukan, dan dia yang bergetar dengan timbang rasa
    Untuk dirimu : empat spesies cucu adam ini, seorang bijaksana harus mengidentifikasi
    Sebagai sahabat-sahabat, dan ia harus membaktikan dirinya kepada mereka
    Begitu juga koteng ibu kepada anaknya sendiri, anak kesayangannya.
    Siapa pun yang bajik dan pandai
    Berlampu sama dengan api yang menyala di bukit
    Baginya, mengumpulkan khasanah adalah sebagai halnya kerawai berterbangan
    Nan mengumpulkan sembayan tanpa mengganggu siapapun
    Kekayaan mengonggokkan tahapan bagaikan timbunan bukit semut
    Bila kekayaan orang berkeluarga yang baik telah terkumpul seperti mana itu
    Dapatlah sira memberi manfaat warganya
    Biarlah dia menjatah kekayaannya kerumahtanggaan empat babak
    Demikianlah ia mengikat kehidupannya dengan kejadian-hal yang baik
    Satu bagian biarlah dipergunakan dan dinikmati ibarat buah persuasi,
    Dua penggalan untuk melangsungkan usahanya
    Penggalan keempat biarlah dicadangkan dan ditabung
    Sehingga suka-suka persediaan pron bila yang langka.
  27. Udara murni putra pembesar tanggungan, bagaimana caranya siswa Ariya melindungi enam sisi itu? Ozon putra kepala keluarga, enam arah itu harus dipandang bak berikut : ibu dan ayah seperti sisi Timur, para guru seperti arah Daksina; istri dan anak-anak asuh seperti arah Barat; sahabat-sahabat dan sindikat-kawan sebagaimana sebelah Utara; pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan seperti sisi asal; guru-guru agama dan brahmana-brahmana sebagaimana arah atas.
  28. Udara murni putra kepala batih, dalam panca cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur: dulu aku dirawat makanya mereka, sekarang aku akan merawat mereka; aku akan bisnis muatan kewajiban-muatan mereka; aku akan mempertahankan keturunan dan tali peranti keluarga; aku akan menjadikan diriku pantas mengakuri warisan; aku akan mengerjakan polah-perbuatan baik dan seremoni agama sesudah mereka meninggal manjapada.
    Intern panca pendirian ini, Ozon putra kepala anak bini, ayah bunda nan diperlakukan demikian maka dari itu sendiri momongan seperti arah Timur, menunjukkan kecintaan mereka kepadanya: mereka mencegahnya berbuat jahat; mereka mendorongnya mengamalkan baik; mereka melatihnya dalam suatu profesi; mereka mencarikan pasangan (ampean) yang pantas baginya; dan pada waktu yang tepat, mereka menyerahkan peninggalan mereka kepadanya.
    O putra pemimpin keluarga, intern panca cara inilah seorang anak asuh memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur. N domestik panca cara inilah orang tua menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah sebelah timur ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
  29. O putra superior anak bini, dalam lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru-guru mereka seperti arah Selatan: dengan bangkit (dari medan duduk bakal menjatah khidmat); dengan melayani mereka; dengan bersemangat buat belajar; dengan memberikan jasa jasa kepada mereka; dengan memberikan perhatian simultan mengakuri ilham berpunca mereka.
    Dalam lima cara ini, O putra pemimpin keluarga, guru-guru nan diperlakukan demikian oleh siswa-pelajar mereka seperti arah Selatan, mencintai petatar-siswa mereka: mereka melatihnya sedemikian rupa sehingga ia terlalu baik; mereka membuatnya menguasai segala yang telah diajarkan; mereka mengajarnya secara universal dalam berbagai hobatan dan seni; mereka berkata baik tentang dirinya di antara sahabat-sahabatnya dan kawan-kawannya; mereka menjaga keselamatannya di semua tempat.
    Udara murni putra komandan keluarga, dalam lima prinsip inilah siswa-siswa memperlakukan guru-guru mereka seperti arah Selatan. Kerumahtanggaan lima pendirian inilah suhu-guru mencintai siswa-siswa mereka. Demikianlah arah Selatan ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
  30. O putra pengarah keluarga, dalam lima kaidah seorang istri harus diperlakukan oleh suaminya seperti arah Barat: dengan menghormati; dengan bersikap ramah-tamah; dengan loyalitas; dengan menyerahkan pengaturan rumah strata kepadanya; dengan memberi barang-barang perhiasan kepadanya.
    Dalam lima mandu ini, Udara murni putra bos keluarga, seorang istri nan diperlakukan demikian maka dari itu suaminya seperti jihat Barat, mencintainya: menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik; bersikap palamarta-tamah terhadap sanak-keluarga kedua belah pihak; dengan ketaatan; dengan menjaga barang-barang yang diberikan suaminya; pakar dan bosor makan dalam melaksanakan segala beban jawabnya.
    Udara murni putra kepala batih, kerumahtanggaan lima pendirian inilah koteng suanti memperlakukan istrinya sebagaimana sebelah Barat. Dalam lima cara ini koteng ampean mencintai suaminya. Demikianlah arah barat ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
  31. Udara murni putra pengarah keluarga, internal lima pendirian seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dan kongsi-kawannya seperti arah Utara: dengan bermurah hati; berlaku baik hati tamah; memberikan bantuan; dengan memperlakukan mereka begitu juga ia memperlakukan dirinya koteng; dengan berbuat sebagus ucapannya.
    Internal lima cara ini, O putra kepala keluarga, sahabat-sahabat dan kawan-kawan yang diperlakukan demikian oleh seorang penghuni keluarga seperti sisi Utara, mencintainya: mereka melindunginya refleks kamu lengah; mereka mereservasi harta miliknya spontan beliau lengah; mereka menjadi pelindung sewaktu ia berada internal bahaya; mereka tidak akan meninggalkannya kontan ia sedang dalam kesulitan; mereka menghormati keluarganya.
    O putra kepala keluarga, dalam lima pendirian inilah koteng pemukim anak bini memperlakukan sahabat-sahabat dan serikat dagang-kawannya begitu juga sisi Paksina. Dalam lima cara inilah sahabat sahabat dan sekutu-kawan mencintainya. Demikianlah arah utara ini dilindungi, diselamatkan den diamankan olehnya.
  32. O putra pejabat keluarga, intern lima cara seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawannya seperti sebelah bawah : dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka; dengan memberikan mereka makanan dan upah; dengan merawat mereka serempak mereka lindu; dengan membagi barang-barang kebutuhan hidupnya; dengan memberikan perlop sreg tahun-waktu tertentu.
    Intern lima kaidah ini, Ozon putra kepala batih, pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan yang diperlakukan demikian oleh seorang komandan seperti arah bawah, akan mencintainya : mereka sadar lebih pagi daripadanya; mereka merebahkan diri untuk beristirahat setelahnya; mereka merasa puas dengan segala apa yang diberikan kepada mereka; mereka mengerjakan kewajiban-kewajiban mereka dengan baik; di manapun mereka berharta mereka akan memuji majikannya, memuji keharuman namanya.
    O putra penasihat keluarga, n domestik lima pendirian inilah koteng majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawannya sama dengan arah bawah. Privat panca kaidah inilah pelayan-pelayan dan tenaga kerja-fungsionaris mencintainya. Demikianlah arah bawah ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
  33. O putra pembesar anak bini, n domestik lima cara seorang warga batih harus memperlakukan para pertapa dan brahmana sebagaimana jihat atas : dengan cinta pemberian n domestik perbuatan; dengan cinta kasih internal ucapan; dengan rajin hadiah dalam manah; membuka gerbang rumah bagi mereka (mempersilahkan mereka); menubruk kebutuhan spirit mereka sreg perian-waktu tertentu.
    Dalam enam cara ini, Ozon putra kepala keluarga, para pertapa dan brahmana yang diperlakukan demikian makanya koteng warga tanggungan sebagai halnya arah atas, akan menunjukkan kecintaan mereka : mereka mencegah ia berbuat virulen; mereka menganjurkan beliau berbuat baik; mereka mencintainya dengan pikiran penuh hidayah sayang; mereka mengajarkan apa yang belum pernah ia tangkap suara; mereka membenarkan dan memurnikan apa yang pernah dia tangkap suara; mereka menunjukkan ia jalan ke kayangan.
    Ozon putra pemimpin tanggungan, dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan para pertapa dan brahmana sebagai halnya jihat atas. Internal heksa- mandu inilah para pertapa dan brahmana menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah atas ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
    Demikian sabda Si Bhagava.
  34. Dan setelah Sang Sugata berujar demikian, Sang Temperatur (sattha) berujar lebih lanjut :
    Ibu dan ayah merupakan arah timur,
    Dan hawa-guru ialah jihat selatan
    Istri den anak asuh-anak adalah arah barat,
    Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
    Para pelayan dan personel adalah sebelah bawah
    Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
    Semua arah ini harus disembah oleh manusia yang
    Pantas menjawat sebagai kepala batih dalam warganya.
    Engkau yang bijaksana, terlatih dalam prinsip-cara bajik
    Lemah lembut dan pandai intern pemuliaan ini,
    Invalid hati dan tunak, maka dia akan memperoleh kehormatan.
    Pulang ingatan pagi-pagi, n antipoda sreg kemalasan,
    Tak gegar internal kemalangan-kesialan, kehidupannya
    Tanpa cacat, bijaksana, maka ia akan memperoleh kesucian
    Bila ia telah mendapatkan kaidah-cara dan membuat sahabat-sahabat
    Menyambut dengan kata-introduksi yang ramah dan hati yang tulus
    Dan kamu boleh memberi petunjuk dan nasehat nan bijaksana
    Dan membimbing sahabat-sahabatnya, maka ia akan memperoleh keperawanan.
    Tangan pemberi, tuturan ramah tamah
    Arwah penuh pengabdian, tak membedakan diri seorang
    Dengan makhluk tak, seperti diminta situasi :
    Inilah yang membuat dunia berputar
    Sebagai halnya gandar roda memberikan jasa pada majunya kereta
    Dan bila hal-hal demikian tidak ada, tiada koteng ibu akan mengamini
    Penghormatan dan penghormatan nan seharusnya diberikan makanya anak-anaknya
    Lagi si ayah yang hendaknya memperoleh hal-peristiwa ini dari anak-anaknya
    Dan karena para bijaksana dengan tepat memuji akan kejadian-situasi ini
    Mereka memperoleh keluhuran dan pujian hamba allah.

Sehabis Beliau selesai berkata demikian, Sigala, putra kepala keluarga itu, berfirman kepada Sang Bhagava : "Bukan main mengagumkan, Bhante! Bukan main impresif, Bhante! Sama halnya begitu juga seseorang menegakkan kembali barang apa yang sudah roboh, memperlihatkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan benar kepada nan tersesat, atau memasrahkan cerah intern kegelapan: agar mereka nan mempunyai mata dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Demikian sekali lagi, dengan berbagai macam cara Dhamma sudah dibabarkan maka dari itu Sang Bhagava kepadaku. Dan waktu ini, Bhante, aku menyatakan berlindung kepada Si Bhagava, Dhamma serta Sangha. Mudah-mudahan Sang Bhagava berkenan menyepakati aku sebagai seorang upasaka, nan sejak tahun ini sebatas selama-lamanya telah menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma serta Sangha.

Wacana [sunting]

  • Samaggi-Phala : Tipitaka : Digha-Nikaya : Sigalovada Sutta, diakses tanggal 27 Januari 2012.

Copyright.svg Achtung.svg Karya ini sebuah terjemahan dan memiliki prestise hak cipta terpisah dengan konservasi hak cipta lega konten murni.

Ikhlas:

Karya nan dipublikasikan sebelum 1 Januari 1922 ini kreatif pada domain publik di seluruh dunia karena penciptanya sudah meninggal dunia kian dari 100 musim yang lalu.

Domain umum Domain umum false false

Terjemahan:

Terjemahan ini lain menyenggangkan informasi lisendi dan mungkin diusulkan cak bagi dihapus sebagai akibatnya.
Jika Dia ingin membantu, lihat Bantuan:Tag hoki cipta atau berkomentar.

Buddha Berkhotbah Sigalovada Sutta Ketika Berada Di,

Source: https://id.wikisource.org/wiki/Sigalovada_Sutta

Posted by: randlaysence1944.blogspot.com

0 Response to "Buddha Berkhotbah Sigalovada Sutta Ketika Berada Di"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel